‘Umar bin Abdul ‘Aziz Radhiallahu ‘anhu berkata:
“Barangsiapa beranggapan perkataannya merupakan bagian dari
perbuatannya (nescaya) menjadi sedikit perkataannya, kecuali dalam perkara yang
bermanfaat baginya.”
‘Umar bin Qais Al-Mula’i Radhiallahu ‘anhu berkata:
Seseorang berselisih Luqman (Al-Hakim) di saat manusia
berkerumun di sisinya. Orang tersebut berkata kepada Luqman: “Bukankah engkau dahulu
budak bani Fulan?” Luqman menjawab: “Benar.” Orang itu berkata lagi, “Engkau yang dulu menggembala
(ternak) di sekitar gunung ini dan itu?” Luqman menjawab: “Benar.” Orang itu bertanya lagi: “Lalu apa yang menyebabkanmu meraih
kedudukan sebagaimana yang aku lihat ini?” Luqman menjawab: “Selalu jujur dalam
berucap dan banyak berdiam dari perkara-perkara yang tiada berfaedah bagi diriku.”
Abu ‘Ubaidah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri
Radhiallahu ‘anhu bahawasanya beliau berkata:
“Termasuk tanda-tanda berpalingnya Allah dari seorang hamba adalah
Allah menjadikan kesibukannya dalam perkara-perkara yang tidak
berguna bagi dirinya.” Sahl At-Tusturi Rahimahullahu berkata:
“Barangsiapa (suka) berbicara mengenai permasalahan yang
tidak ada manfaatnya nescaya diharamkan baginya kejujuran.” Ma’ruf Rahimahullahu berkata: “Pembicaraan seorang hamba
tentang masalah-masalah yang tidak ada faedahnya merupakan kehinaan dari Allah (untuknya).”
(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam 1/290-294)